Disfagia adalah gangguan yang menyebabkan kesulitan saat menelan atau rasa nyeri saat memindahkan makanan, cairan, atau air liur dari mulut ke perut.
Apa itu Disfagia?
Disfagia merujuk pada kondisi susah menelan, sebuah situasi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk memindahkan makanan, cairan, atau bahkan air liur, dari mulut ke perut. Meskipun kesulitan menelan dapat terjadi sesekali karena makan terlalu cepat atau tidak mengunyah makanan dengan benar, disfagia yang persisten atau memburuk bisa menjadi indikasi masalah kesehatan yang mendasari dan memerlukan perhatian profesional medis.
Menelan adalah proses kompleks yang melibatkan koordinasi antara otot dan saraf di mulut, tenggorokan (faring), dan kerongkongan (esofagus). Ketika ada bagian dari sistem ini yang terganggu, proses menelan bisa menjadi tidak efisien, menyakitkan, atau bahkan berbahaya, yang dapat menyebabkan beberapa risiko, seperti malnutrisi, dehidrasi, dan pneumonia aspirasi (kondisi ketika makanan atau cairan tidak masuk ke kerongkongan, tetapi ke saluran napas).
Disfagia dapat terjadi dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Beberapa orang dapat mengalami ketidaknyamanan ringan saat menelan, sementara yang lain mungkin benar-benar kesulitan untuk menelan. Kondisi ini sering dibagi ke dalam dua jenis utama:
Disfagia Orofaringeal — jenis ini bisa terjadi ketika ada kesulitan menelan pada tahap awal, yang melibatkan mulut dan tenggorokan. Hal ini sering dikaitkan dengan gangguan neurologis, kondisi otot, atau kelainan struktural, yang memengaruhi kemampuan untuk memulai proses menelan.
Disfagia Esofageal — jenis ini terjadi ketika makanan atau cairan sulit melewati kerongkongan karena adanya penyumbatan, disfungsi otot, atau gangguan motilitas. Pasien mungkin merasa seolah-olah makanan tersangkut di dada mereka atau sering mengalami regurgitasi (isi lambung naik kembali ke kerongkongan atau mulut).
Disfagia bukan penyakit tunggal, melainkan gejala dari kondisi medis yang mendasari. Memahami penyebabnya sangat penting untuk penanganan yang tepat karena dapat dikaitkan dengan berbagai kondisi mulai dari penyakit gastroesophageal reflux (GERD) dan stroke, hingga pertumbuhan kanker di kepala, leher, atau kerongkongan.
Apa saja penyebab Disfagia atau kesulitan menelan?
Disfagia terjadi ketika terjadi disfungsi pada salah satu dari tiga fase utama proses menelan:
Fase Oral — makanan dikunyah dan disiapkan untuk ditelan.
Fase Faringeal — bolus makanan (hasil kunyahan) didorong ke tenggorokan, sementara saluran napas ditutup sementara untuk mencegah aspirasi (makanan masuk ke saluran napas).
Fase Esofageal — kontraksi ritmis (peristaltik) memindahkan makanan ke bawah dari kerongkongan menuju lambung.
Disfagia dapat disebabkan oleh kelainan neurologis, otot, atau struktural yang memengaruhi fase-fase tersebut. Penyebab umum disfagia meliputi:
Kerusakan pada sistem saraf dapat melemahkan koordinasi otot, sehingga meningkatkan risiko makanan atau cairan masuk ke saluran napas, bukan ke kerongkongan.
Kelainan Otot
Beberapa kondisi, seperti myasthenia gravis atau distrofi otot, dapat mengurangi kekuatan dan kendali otot, sehingga menyulitkan seseorang untuk memulai atau menyelesaikan proses menelan.
Kelainan Struktural pada Esofagus
Striktur esofagus — penyempitan kerongkongan yang disebabkan oleh jaringan parut atau peradangan kronis.
Kanker esofagus atau tumor jinak — dapat menyebabkan sumbatan secara fisik dan menghalangi makanan untuk lewat dengan lancar.
Akalasia — gangguan motilitas langka di mana sfingter (katup) esofagus bagian bawah tidak bisa membuka dengan benar, sehingga menyebabkan makanan tersangkut.
Penyakit asam lambung (GERD) — asam lambung (refluks asam) kronis dapat merusak lapisan esofagus, menyebabkan jaringan parut, dan menurunnya fleksibilitas.
Faktor Lain yang Berkontribusi
Infeksi, cedera, atau komplikasi pasca operasi yang memengaruhi tenggorokan atau kerongkongan.
Terapi radiasi untuk kanker kepala dan leher — terapi radiasi dapat menyebabkan fibrosis dan kekakuan pada otot-otot menelan, yang mengakibatkan disfagia jangka panjang.
Penyakit autoimun (seperti skleroderma) — penyakit skleroderma dapat menyebabkan pengencangan atau pelemahan abnormal pada otot kerongkongan, sehingga mengganggu gerak peristaltik.
Karena disfagia dapat muncul dari berbagai penyebab, pendekatan diagnostik yang menyeluruh sangat penting dalam mengidentifikasi apakah masalah tersebut berasal dari gangguan neurologis, disfungsi otot, atau kelainan struktural. Intervensi dini dapat membantu mencegah komplikasi, seperti malnutrisi, dehidrasi, dan pneumonia aspirasi, sehingga meningkatkan fungsi menelan dan kesehatan secara keseluruhan.
Disfagia terjadi ketika mekanisme menelan normal terganggu dan menyebabkan makanan masuk ke saluran napas atau tersangkut di tenggorokan atau di kerongkongan.
Apa saja gejala dari Disfagia?
Disfagia dapat menunjukkan berbagai gejala, dengan tingkat keparahan yang bervariasi, tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Meskipun beberapa orang mungkin mengalami sedikit rasa tidak nyaman saat menelan, orang lain mungkin akan menghadapi kesulitan signifikan yang memengaruhi kemampuan mereka untuk makan, minum, dan menjaga nutrisi yang tepat. Mengenali gejala sejak dini sangat penting untuk mencegah komplikasi, seperti tersedak, pneumonia aspirasi, dan penurunan berat badan tanpa sengaja. Gejala umum meliputi:
Kesulitan untuk memulai proses menelan atau merasa seolah-olah makanan tersangkut di dalam tenggorokan.
Nyeri atau rasa tidak nyaman saat menelan (odynophagia).
Sering batuk atau tersedak saat makan atau minum.
Sensasi adanya makanan atau cairan yang masuk ke jalur yang salah, menyebabkan infeksi dada berulang atau pneumonia.
Regurgitasi (naiknya isi lambung ke mulut) makanan atau cairan, dan terkadang melalui hidung.
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas karena asupan makanan yang berkurang.
Penumpukan air liur atau air liur yang berlebihan karena kesulitan menelan.
Suara serak atau seperti berkumur setelah makan atau minum.
Mengunyah terlalu lama atau kebutuhan untuk memotong makanan menjadi sangat kecil agar aman saat ditelan.
Nyeri ulu hati atau gangguan pencernaan, terutama jika terkait dengan refluks asam lambung (GERD).
Perasaan ada sesuatu yang tersangkut di dada atau tenggorokan (sensasi globus) secara persisten.
Jika Anda atau orang yang Anda sayangi mengalami kesulitan menelan secara terus-menerus, penting untuk mencari evaluasi medis. Diagnosis dan intervensi tepat waktu dapat membantu mengidentifikasi penyebab disfagia serta meningkatkan fungsi menelan, sekaligus mengurangi risiko komplikasi lanjutan.
Disfagia dapat menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan saat menelan, gejala yang dikenal sebagai odynophagia.
Siapa saja yang berisiko terkena Disfagia di Singapura?
Disfagia dapat menyerang semua orang dari segala usia, tetapi beberapa kalangan tertentu lebih rentan karena kondisi medis yang mendasarinya, penuaan, atau faktor gaya hidup. Di Singapura, di mana populasi yang semakin tua dan tingginya angka penyakit kronis berkontribusi terhadap tantangan kesehatan. Mengenali siapa yang berisiko dapat membantu deteksi dini dan penanganan. Kelompok yang lebih berisiko terkena disfagia meliputi:
Lansia — penuaan secara alami bisa melemahkan otot-otot yang terlibat dalam proses menelan, sehingga dapat meningkatkan risiko disfagia, terutama pada mereka yang mengalami kelemahan atau kondisi degeneratif.
Penyintas stroke — bagi mereka yang pernah menderita stroke mungkin akan mengalami gangguan kontrol otot, yang dapat berdampak pada kemampuan menelan secara aman.
Pasien dengan gangguan saraf — beberapa kondisi saraf, seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, multiple sclerosis, dan penyakit saraf motorik, dapat mengganggu kemampuan otak untuk mengoordinasikan proses menelan.
Penderita kanker di kepala dan leher — tumor, operasi, atau terapi radiasi pada tenggorokan, kerongkongan, atau mulut, dapat menyebabkan jaringan parut, kekakuan, atau penyumbatan pada jalur menelan.
Penderita asam lambung (GERD) — refluks asam kronis dapat menyebabkan peradangan, jaringan parut, dan penyempitan kerongkongan, yang dapat mempersulit proses menelan.
Penderita gangguan motilitas esofagus — kondisi seperti akalasia, di mana sfingter esofagus bagian bawah tidak terbuka dengan benar, dapat menyebabkan retensi makanan (tersangkut) di kerongkongan.
Penderita gangguan otot — beberapa kondisi, seperti myasthenia gravis atau distrofi otot, dapat melemahkan otot-otot yang terlibat dalam proses menelan.
Penderita penyakit autoimun — gangguan seperti skleroderma dapat menyebabkan pengencangan atau pelemahan abnormal pada otot-otot esofagus.
Individu yang pulih dari operasi atau trauma — prosedur operasi yang melibatkan tenggorokan, kerongkongan, atau sumsum tulang belakang, dapat mengakibatkan kesulitan menelan sementara hingga permanen.
Anak-anak dengan gangguan perkembangan — beberapa kondisi, seperti cerebral palsy atau bibir sumbing, dapat mengganggu proses menelan yang tepat sejak usia dini.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal termasuk dalam kelompok berisiko tinggi dan mengalami kesulitan menelan ini, segeralah mencari pemeriksaan medis yang dapat membantu mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.
Bagaimana diagnosis terhadap Disfagia?
Di Alpine Surgical Practice, kami menerapkan pendekatan komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mendiagnosis disfagia. Dokter spesialis kami menggunakan kombinasi evaluasi klinis dan teknik diagnostik untuk menilai fungsi menelan dan mengidentifikasi kelainan yang memengaruhi tenggorokan atau kerongkongan. Beberapa metode diagnostiknya meliputi:
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis secara komprehensif — Kami memulai dengan mendiskusikan tentang gejala Anda, riwayat medis, dan kondisi yang mendasari secara rinci, yang dapat menyebabkan kesulitan menelan. Pemeriksaan fisik membantu kami menilai fungsi otot dan mendeteksi kelainan yang terlihat.
Tes barium swallow — Tes pencitraan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk menelan larutan kontras (barium), yang melapisi kerongkongan dan memungkinkan kami mengamati pergerakannya saat dilakukan rontgen. Cara ini membantu mengidentifikasi penyumbatan struktural, penyempitan, atau gangguan motilitas.
Flexible endoscopic evaluation of swallowing (FEES) — Evaluasi ini dilakukan oleh terapis wicara terlatih menggunakan tabung tipis yang lentur dengan kamera pada ujungnya (endoskop). Kami akan memeriksa tenggorokan dan kotak suara saat Anda menelan makanan dan cairan dengan tekstur yang berbeda. Ini memungkinkan kami untuk menilai kelemahan otot, masalah perlindungan saluran napas, atau tanda-tanda aspirasi.
Esofagogastroduodenoskopi (OGD) — Juga dikenal sebagai endoskopi atas, prosedur ini memungkinkan dokter untuk memvisualisasikan kerongkongan, lambung, dan usus kecil bagian atas secara langsung. Ini sangat berguna untuk mendeteksi peradangan, striktur, tumor, atau kerusakan terkait refluks asam.
Manometri esofagus — Tes ini bertujuan untuk mengukur tekanan dan koordinasi otot pada kerongkongan selama menelan. Hal ini membantu mendiagnosis kondisi seperti akalasia, di mana sfingter esofagus bagian bawah gagal rileks/terbuka dengan benar.
Pemantauan pH (kadar asam) — Bagi pasien dengan dugaan penyakit asam lambung (GERD), kami dapat melakukan pemantauan pH untuk mengukur tingkat keasaman di dalam kerongkongan selama 24 jam guna menentukan apakah refluks asam berkontribusi pada kesulitan menelan.
Dengan menggabungkan prosedur diagnostik tersebut, kami dapat menemukan penyebab disfagia dan mengembangkan rencana perawatan untuk meningkatkan fungsi menelan dan kesejahteraan pasien secara menyeluruh.
Apa saja pilihan pengobatan untuk Disfagia di Singapura?
Pilihan pengobatan bervariasi tergantung pada apakah kondisi tersebut disebabkan oleh gangguan saraf, disfungsi otot, atau kelainan struktural. Pendekatan kami berfokus pada pemulihan kemampuan menelan yang aman, pencegahan komplikasi, dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Pilihan pengobatan yang tersedia meliputi:
Terapi menelan — Dokter spesialis kami bekerja sama dengan terapis wicara dan bahasa untuk mengembangkan latihan yang ditargetkan guna memperkuat otot-otot yang terlibat dalam proses menelan serta meningkatkan koordinasi. Hal ini sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan saraf atau kelemahan otot.
Modifikasi pola makan — Kami memberikan panduan tentang cara mengubah tekstur makanan dan konsistensi cairan untuk membuat proses menelan menjadi lebih aman serta mengurangi risiko tersedak atau aspirasi. Perubahan ini mungkin termasuk cairan kental, makanan yang dihaluskan, atau teknik menelan khusus.
Pengelolaan konsumsi obat — Untuk pasien dengan kondisi seperti penyakit asam lambung (GERD), kami mungkin akan meresepkan obat untuk mengurangi refluks asam, meredakan peradangan, atau meningkatkan motilitas kerongkongan.
Dilatasi esofagus — Jika disfagia disebabkan oleh penyempitan (striktur) esofagus, kami akan melakukan prosedur dilatasi untuk melebarkan saluran kerongkongan serta meningkatkan aliran makanan dan cairan.
Suntik botox — Untuk kondisi seperti akalasia, di mana sfingter esofagus (katup) bagian bawah gagal terbuka, kami dapat menggunakan injeksi toksin botulinum (botox) untuk membuat otot sfingter rileks sementara waktu guna memfasilitasi proses menelan. Prosedur bedah, seperti miomektomi, dapat dilakukan untuk 'memotong' otot-otot yang mengendalikan sfingter.
Operasi — Dalam kasus yang melibatkan tumor, striktur yang parah, atau kelainan pada anatomi, kami menawarkan prosedur bedah yang komprehensif dan minimal invasif untuk mengatasi sumbatan, memperbaiki jaringan yang rusak, atau memodifikasi struktur esofagus.
Pemasangan selang makan — Untuk pasien dengan disfagia parah dan tidak dapat mempertahankan asupan nutrisi yang cukup, kami menyediakan pilihan untuk pemasangan selang gastrostomi endoskopi perkutan (PEG) atau selang nasojejunal. Hal ini untuk memastikan pemberian makan secara aman dan cukup pada pasien.
Kesimpulan
Jika Anda mengalami kesulitan menelan secara terus-menerus, tersedak, atau sensasi makanan yang tersangkut, penting untuk segera mencari perhatian medis guna mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya. Di Alpine Surgical Practice, kami mengambil pendekatan yang komprehensif dan personal dalam mendiagnosis serta mengobati disfagia. Selain intervensi medis, kami juga menyediakan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien, modifikasi pola makan, dan rencana perawatan khusus untuk meningkatkan fungsi menelan dan mencegah komplikasi.
Jika Anda atau orang yang Anda kasihi mengalami kesulitan menelan, jadwalkan konsultasi dengan kami sekarang juga untuk menjajaki pilihan perawatan yang paling efektif.
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
Apakah disfagia dapat dicegah?
Meskipun tidak semua kasus disfagia dapat dicegah, mengurangi faktor risiko dengan cara menjaga kebersihan mulut yang baik, makan secara perlahan, dan mengelola kondisi kronis seperti refluks asam, dapat membantu meminimalisir kemungkinan munculnya kesulitan menelan.
Apakah disfagia merupakan kondisi yang umum?
Disfagia sebenarnya relatif umum, terutama di kalangan lansia dan individu dengan kondisi medis tertentu. Identifikasi dan pengobatan dini penting untuk mencegah komplikasi.
Dapatkah disfagia memengaruhi anak-anak?
Ya, anak-anak dapat mengalami disfagia karena kelainan bawaan, gangguan pertumbuhan, atau kondisi saraf. Intervensi dini sangat penting untuk mengatasi masalah makan dan menelan pada pasien yang masih anak-anak.
Komplikasi apa yang bisa muncul dari disfagia yang tidak diobati?
Jika tidak diobati, disfagia dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, dan penurunan kualitas hidup karena kecemasan ketika makan.
Perubahan gaya hidup seperti apa yang dapat membantu mengelola disfagia?
Memodifikasi gaya hidup, seperti makan lebih sedikit dan lebih sering, mengunyah makanan dengan seksama, serta menghindari konsumsi alkohol dan tembakau, dapat membantu mengelola gejala disfagia.
Apakah ada hubungan antara disfagia dan refluks asam?
Ya, refluks asam kronis, atau penyakit asam lambung (GERD), dapat menyebabkan peradangan dan penyempitan kerongkongan, yang menyebabkan disfagia.
MBBS (Singapore), MRCS (Edinburgh), FRCS (Edinburgh), Master of Medicine (Surgery)
Perawatan Komprehensif terhadap Kolorektal, dari Pemeriksaan hingga Operasi.
Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh Dr. Aaron Poh.
Dr. Aaron Poh adalah seorang Dokter Spesialis Bedah Kolorektal dan Bedah Umum dengan pengalaman yang luas dalam bidang operasi minimal invasif (operasi lubang kunci). Beliau melakukan berbagai macam prosedur bedah, termasuk gastroskopi, kolonoskopi, dan perawatan endoskopi canggih, seperti pengangkatan polip kompleks dengan EMR dan pemasangan stent usus besar. Keahlian beliau dalam bidang pembedahan mencakup operasi kanker kolorektal, perbaikan hernia, pengangkatan kantung empedu, serta perawatan yang telah terbukti untuk menangani wasir dan kondisi anus lainnya.